26.3 C
Kupang
Rabu, Desember 24, 2025
Space IklanPasang Iklan

Natal 2025: Allah Hadir Menyelamatkan dan Memulihkan Keluarga di Tengah Badai Zaman

Oleh :

ANDREAS DARIS AWALISTYO, S.Pd.,M.I.Kom Sekretaris DPP Santo Yoseph Palembang, Pengurus Kerawam, SGPP KaPal, Guru SMP Kusuma Bangsa dan SMA Xaverius 2 Palembang.

Perayaan Natal selalu membawa pesan klasik tentang kelahiran Sang Juru Selamat. Namun, di tahun 2025 ini, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) sepakat mengarahkan pandangan kita pada lokus terkecil namun paling vital dalam peradaban manusia: Keluarga. Mengambil inspirasi dari Matius 1:21-24, tema Natal kali ini menegaskan bahwa Allah hadir bukan sekadar sebagai peristiwa historis di Betlehem dua ribu tahun silam, melainkan hadir secara nyata untuk menyelamatkan dan memulihkan keluarga-keluarga kita hari ini.

Kisah Yusuf dan Maria dalam teks Matius memperlihatkan bagaimana Allah bekerja melalui sebuah unit keluarga yang bersahaja namun penuh ketaatan. Di tengah kegelisahan Yusuf dan situasi sulit yang mereka hadapi, kehadiran Allah memberikan arah dan kepastian. Narasi ini menjadi cermin bagi kondisi keluarga modern yang saat ini tengah dikepung oleh berbagai tantangan sosial dan ekonomi yang kian kompleks.

Keluarga: Antara Idealitas dan Realitas Pahit

Secara teologis, kita mengimani keluarga sebagai “Gereja Domestik”, tempat pertama di mana kasih Allah dikenal. Kita merindukan keluarga yang disatukan dalam doa, keluarga yang menginspirasi, mengampuni, mengasihi, dan melayani. Namun, kita tidak boleh menutup mata terhadap realitas pahit yang sedang menghantam fondasi banyak rumah tangga di Indonesia.

Natal 2025 menjadi sangat relevan karena menyentuh isu-isu krusial yang selama ini sering tersembunyi di balik pintu rumah yang tertutup rapat. Tekanan ekonomi yang luar biasa telah menjerat banyak keluarga dalam lingkaran setan pinjaman online (pinjol) dan jeratan judi daring. Masalah ini bukan sekadar persoalan finansial, melainkan pemicu keretakan hubungan, Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), hingga berujung pada perceraian. Di sisi lain, kemajuan teknologi justru sering kali menciptakan keterasingan dan kesepian di tengah keramaian (solitude in the crowd), di mana anggota keluarga berada di bawah satu atap namun kehilangan kedekatan batin.

Baca juga  Kiprah Tan Malaka, Sosok Dengan Segudang Kata Bijak

Allah Hadir di Tengah Krisis

Pesan Natal “Allah Hadir untuk Menyelamatkan Keluarga” adalah sebuah proklamasi bahwa Tuhan tidak meninggalkan keluarga yang sedang hancur. Kehadiran-Nya adalah kehadiran yang memulihkan. Pemulihan ini dimulai ketika keluarga mau membuka diri untuk bertumbuh dalam rencana Allah, menjadikan doa sebagai tali pengikat, dan keberanian untuk saling mengampuni sebagai fondasi utama.

Keluarga yang dipulihkan adalah keluarga yang mampu mengubah krisis menjadi kesempatan untuk saling meneguhkan. Dalam konteks ini, Natal bukan lagi sekadar dekorasi pohon cemara atau jamuan makan mewah, melainkan sebuah komitmen untuk menghadirkan kembali kehangatan kasih Kristus dalam komunikasi sehari-hari antara suami-istri dan orang tua-anak.

Memulihkan Luka Bumi dan Pertobatan Ekologis

Kerusakan lingkungan yang kian masif—mulai dari deforestasi hingga eksploitasi tambang tanpa kendali—menjadi bukti nyata retaknya hubungan manusia dengan alam. Kita sedang menyaksikan bumi yang kian “letih”: hutan yang gundul dan sungai yang tercemar bukanlah bentuk amarah alam, melainkan dampak langsung dari hilangnya etika dan tanggung jawab moral manusia.

Dalam perspektif iman, krisis ini bukan sekadar masalah teknis atau lemahnya regulasi, melainkan sebuah krisis cara pandang. Alam sering kali direduksi menjadi objek eksploitasi demi keuntungan sesaat. Namun, peristiwa Natal memberikan koreksi mendalam; kehadiran Sang Pencipta dalam dunia yang terbatas dan terluka merupakan kritik bagi keserakahan manusia. Mengatasi krisis lingkungan menuntut lebih dari sekadar teknologi, yakni sebuah “pertobatan ekologis”. Kita butuh keberanian moral untuk menata ulang pembangunan yang tidak hanya mengejar angka, tetapi menjamin keadilan bagi generasi mendatang.

Gereja Tanpa Sekat

Tema Natal 2025 juga merupakan kritik sekaligus panggilan bagi institusi gereja. Gereja tidak boleh hanya menjadi menara gading yang sibuk dengan perayaan liturgis yang megah namun abai terhadap jemaatnya yang sedang berjuang melawan depresi akibat jeratan pinjol atau trauma KDRT.

Baca juga  Tradisi Baru di Polres Kupang Untuk Perkuat Nasionalisme

Dibutuhkan aksi nyata yang melampaui batas-batas denominasi. Gereja dipanggil untuk hadir sebagai pendamping bagi keluarga rentan. Pendampingan ini harus bersifat holistik:

Pendampingan Pastoral dan Psikologis: Membuka ruang konseling yang aman bagi korban KDRT dan mereka yang mengalami tekanan mental.

Literasi Finansial dan Pemberdayaan: Membantu keluarga keluar dari jeratan ekonomi melalui edukasi dan dukungan komunitas.

Membangun Komunitas Basis: Menghidupkan kembali persekutuan antar tetangga dan keluarga agar tidak ada lagi individu yang merasa sendirian dalam menghadapi masalahnya.

Natal menginstruksikan kita untuk menjadi “perpanjangan tangan” Allah yang menyelamatkan. Jika Allah memilih hadir melalui keluarga Yusuf dan Maria untuk menyelamatkan dunia, maka kita pun dipanggil untuk menyelamatkan sesama melalui kepedulian antar keluarga.

Keluarga yang Memberi dan Melayani

Keluarga yang telah merasakan jamahan kasih Allah tidak akan berhenti pada pemulihan diri sendiri. Mereka akan bertumbuh menjadi keluarga yang memberikan diri dan melayani. Inilah esensi dari keluarga yang menginspirasi—sebuah unit keluarga yang menjadi berkat bagi lingkungannya.

Ketika sebuah keluarga kuat, bangsa pun akan kuat. Keharmonisan di dalam rumah adalah modal sosial terbesar untuk membangun masyarakat yang damai dan toleran. Natal 2025 mengajak kita untuk merayakan kehadiran Allah dengan cara memanusiakan kembali anggota keluarga kita, mendengarkan keluh kesah mereka, dan memberikan pengampunan yang tulus.

Mari kita jadikan Natal 2025 sebagai momentum pembaruan komitmen. Allah Emmanuel, Allah yang menyertai kita, ingin ber-tabernakel (berdiam) di dalam rumah-rumah kita.

Marilah kita membawa pulang bayi Natal itu ke dalam ruang tamu kita, ke meja makan kita, dan ke dalam setiap percakapan kita. Biarlah cahaya Natal menyinari kegelapan trauma, rasa malu akibat hutang, dan luka batin akibat kekerasan. Dengan semangat kasih Kristus, mari kita wujudkan keluarga yang bukan hanya bertahan di tengah badai, tetapi keluarga yang bertumbuh, mengasihi, dan menjadi saksi nyata bahwa Allah benar-benar hadir untuk menyelamatkan.

Baca juga  Tapak Baru Piterson Lay

Selamat Natal 2025. Kiranya setiap keluarga menjadi palungan yang hangat bagi kehadiran-Nya. (sumber; mediasumatera.id )

Berita sebelumnya

Berita Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Tetap Terhubung

Berita terkini