Perang Salib merupakan serangkaian perang besar yang terjadi antara umat Kristen dan Muslim.
Perang Salib terjadi dari sekitar tahun 1096 M sampai 1291 M dan menjadikannya sebagai perang terlama sepanjang masa.
Tak heran, jika perang ini memiliki dampak panjang dan besar bagi peradaban dunia.
Penyebab dan Tujuan Perang Salib
Penyebab terjadinya Perang Salib sangat kompleks, karena tidak hanya melibatkan faktor agama, tapi juga ada politik dan ekonomi.
Pada dasarnya, tujuan utama dari Perang salib yaitu ambisi untuk membebaskan Yerusalem, kota suci bagi umat tiga agama besar( Kristen, Islam, dan Yahudi), yang kala itu ada di bawah kekuasaan Muslim.
Perang Salib dalam Sudut Pandang Islam, terjadi antara kekuatan Barat (Kristen) melawan Imperium dinasti Abbasiyah (Islam).
Mengutip buku The Crusade; Islamic Perspective karya Carole Hillenbrand yang diterjemahkan Heryadi, menggaris bawahi kalau Perang Salib merupakan akar konflik antara bangsa Barat (Kristen) dan Timur (Islam). Orang pertama kali menyerukan Perang Salib adalah Paus Urbanus II.
Menurut sudut pandang Barat, Perang Salib adalah serangkaian operasi militer yang didorong oleh keinginan umat Kristen Eropa untuk menjadikan Yerusalem dan tempat-tempat suci umat Kristen di bawah perlindungan kendalinya.
Menurutnya, penulisan mengenai sejarah perang salib yang dilakukan oleh para sejarawan Eropa dan para orientalis memiliki banyak pemutarbalikan fakta (distorsi). Di mana, distorsi itulah yang dijadikan alat untuk menganggap bahwa Islam harus dihancurkan oleh umat Kristen.
Selama ini data yang diungkap para sejarawan Barat sifatnya sepihak, serta tidak mempertimbangkan kemungkinan lain yang bisa ditemukan dalam literatur-literatur Islam.
Menurut Carole, titik fokus distorsi historis perang Salib ada pada penghormatan secara berlebihan (pengkultusan). Umat Kristen menganggap perang ini “Perang suci”, karena menurut mereka ini adalah perang mengusir orang umat Islam dari kerajaan Tuhan (Yerusalem).
Lukman Santoso dalam tulisannya di situs NU Online mengenai buku karya Carole, menyebut bahwa ada dampak yang sangat besar bagi peradaban dunia saat sebuah ideologi keagamaan di abad pertengahan menciptakan sejarah. Cara mereka berhadapan langsung dengan ideologi agama lain telah tertanam mendalam di benak para pemeluknya.
Sejarah Perang Salib mempengaruhi persepsi kaum Barat tentang Islam, sebagaimana perang ini juga membentuk pandangan umat Islam tentang Barat.
Dampak Perang Salib
Mengutip buku Sejarah Peradaban Islam Terlengkap karya Rizem Aizid, berikut adalah beberapa dampak dari Perang Salib:
* Pengalaman militer Perang Salib mempengaruhi Eropa.
Hal ini bisa dilihat dari penggunaan batu-batuan yang tebal dan besar di kastil-kastil di Eropa, sebagaimana yang dibuat di dunia Timur.
* Ide Perang Salib memberikan peran besar bagi kemerosotan tingkat kepercayaan umat Kristiani terhadap gereja Katolik.
Hal ini disebabkan oleh pembenaran lembaga kepausan terhadap agresi politik dan wilayah yang terjadi di Yerusalem maupun Byzantium (gereja Eropa Timur).
Salah satu dampak positif Perang Salib adalah adanya saling tukar ilmu pengetahuan antara Kristen dengan Islam, meskipun benua Barat bersinggungan dengan budaya Islam selama berabad-abad lewat hubungan antara Semenanjung Iberia dengan Sicilia.
* Islam cenderung menarik diri dari dunia politik.
Puncaknya ketika kekhalifahan Turki runtuh pada tahun 1924.
Terdapat persekutuan kekuatan tentara salib dengan Kesultanan Rum yang muslim dalam Perang Salib V (persekutuan yang tidak lazim).
Sebagian besar jalan yang sebelumnya tidak digunakan sejak masa penjajahan Romawi mulai diperbaiki, karena para pedagang berusaha memperluas usaha mereka. (sumber: detikhikmah)