Kota Kupang, TiTo – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) melouncing program One Village One Product (OVOP) dan Gerakan Beli Produk NTT, Selasa (27/5/2025) di halaman Kantor Gubernur.
Lewat kegiatan tersebut sejumlah produk unggulan lokal asal NTT Diluncurkan.
Salah satu produk yang mencuri perhatian pengunjung termasuk KADIN NTT adalah ‘Beras Oebobo’. Beras premium yang diproduksi BUMDes Oebobo, Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) ini merupakan hasil panen petani lokal.
Kepala Desa Oebobo, Yusuf Ibrahim Selan, mengungkapkan bahwa peluncuran beras ini merupakan buah kerja keras para petani sejak masa panen pada April 2025.
“Peluncuran beras premium ini merupakan hasil kerja keras petani kami dan dukungan penuh dari Bumdes. Sejak akhir April, kami mulai proses pengemasan. Beras ini murni dari Oebobo, tanpa campuran bahan kimia, hanya dijemur dan dibersihkan secara alami,” ucap Yusuf.
Lebih jauh, Yusuf menjelaskan bahwa keberadaan Bumdes berperan besar dalam menstabilkan harga beras di tingkat petani. Jika sebelumnya harga jual berada di kisaran Rp 8.000–Rp 9.000 per kilogram, kini Bumdes membeli langsung dari petani seharga Rp 12.000 per kilogram. Produk kemudian dikemas dan dijual sebagai beras kualitas premium.
“Ini mencegah permainan harga oleh tengkulak dan memberikan nilai tambah yang adil bagi petani. Bumdes juga mulai masuk ke pasar modern seperti Alfamart dan Hipermart,” lanjutnya.
Yusuf berharap kehadiran Bumdes mampu menjadi motor penggerak ekonomi desa, khususnya dalam pemasaran produk lokal secara berkelanjutan.
“Harapan kami, Bumdes bisa menjadi ikon pemasaran produk desa. Kita lindungi nilai dan harga produk petani agar mereka tidak terus dirugikan,” tegasnya.
Apresiasi terhadap kualitas beras Oebobo juga datang dari Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Provinsi NTT, Bobby Lianto, yang turut hadir dalam kegiatan peluncuran. Ia menilai beras tersebut memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai produk unggulan nasional.
“Ini beras asli dari Oebobo, kualitasnya luar biasa. Belum dipoles saja sudah putih bersih. Kalau dipoles, bisa masuk pasar premium nasional,” puji Bobby.
Bobby juga menekankan pentingnya dukungan investasi dari pemerintah, terutama untuk pembangunan fasilitas penggilingan modern (rice mill) agar produksi beras premium dari NTT bisa memenuhi standar pasar hotel dan restoran kelas atas.
“Kalau pemerintah bisa bantu investasi rice mill modern, katakanlah lima miliar, masyarakat bisa setorkan hasil panen mereka dan kita kemas jadi beras premium. Ini bisa jadi kebanggaan NTT,” jelasnya.
Ia pun menyoroti pentingnya membangun merek lokal yang benar-benar mencerminkan identitas daerah. Bobby mengkritik penggunaan nama-nama lokal pada produk yang justru berasal dari luar NTT.
“Kita harus bangun merek lokal yang benar-benar berasal dari sini. Jangan seperti beras Nona Kupang yang ternyata dari Jawa. Ini pekerjaan rumah besar untuk kita semua,” pungkasnya.(Oca)