Kupang, TiTo – Lahan tidur seluas kira-kira 60-an hektare (ha) di wilayah kelurahan Babau kecamatan Kupang timur kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) siap menjadi sawah baru.
Jumat (19/9) siang pihak Fakultas Pertanian Undana Kupang bersama Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dinas Pertanian kabupaten Kupang, Maria dolorosa Itu,S.Pt melakukan pemetaan lahan yang dinamai Olifeo tersebut.
Olifeo memiliki keunikan tersendiri karena lahan tersebut diitari muara sungai Nunkurus dan sungai Babau yang mengalir menuju laut. Untuk menjangkau Olifeo, harus melalui jembatan darurat sepanjang kira-kira 20 meter. Jembatan tersebut terbangun dari rakitan kayu dan bambu. Jembatan tersebut sebagai penghubung lahan sawah Poktan lainnya dengan Olifeo dan merupakan satu-satunya akses masuk ke lahan Olifeo.
“Olifeo itu bahasa Rote yang artinya dikeliling oleh muara. Muara disebut Oli dan Feo artinya memutar,”kata Lens Marhens, ketua kelompok tani (poktan) Finalete di Olifeo saat dilakukan pemetaan.
Pemetaan lahan Olifeo Jumat siang diikuti pula oleh anggota DPRD Kupang Mesakh Mbura bersama Lens Marhens dan sejumlah anggota Poktan Finalete.
Kawasan Olifeo kata Lens mencakup lahan milik sekitar 70-an KK. “Yang punya lahan disini ada 78 KK,”kata Lens.
Maria Dolorosa Itu mengatakan kawasan Olifeo bisa ditanami dua kali dalam satu musim. Saat musim hujan diairi dengan air hujan namun jika musim kemarau bergantung pada air dari dua muara yang ada. Namun persoalannya air dari muara akan menjadi payau saat air laut pasang. Karena itu menurutnya pembuatan embung untuk menampung air tawar yang diambil dari muara saat air laut surut adalah solusi jika lahan tersebut ingin dikelola petani saat musim kemarau.
Sistim penanaman Padi Gogo dianggap tepat dalam pengelolaan lahan Olifeo saat musim kemarau.
Disampaikan hasil survei dan pemetaan tersebut akan dikaji oleh pihak Undana dan pemerintah untuk menetapkan cara atau sistim terbaik dalam mengelola lahan Olifeo.
“Setelah disurvei akan dikaji dan kedepannya mau diapakan tergantung hasil kajian,”katanya.
Sementara Mesakh Mbura mengatakan pihaknya mendorong pemerintah agar kawasan Olifeo bisa dioptimalkan menjadi sumber pendapatan hasil pertanian baru bagi petani setempat.
Menurutnya dengan keunikannya itu lahan Olifeo bisa dikembangkan juga menjadi kawasan agro wisata pertanian karena terletak di tengah muara yang menjadi habitat sejumlah jenis ikan. “Ini kawasan unik karena berada ditengah muara yang ada ikan. Bisa dikembangkan juga menjadi agro wisata pertanian, selain sawah bisa jadi lokasi wisata pemancingan ikan,”katanya. (Jmb)