Kupang, TiTo – Sejumlah petani di desa To’obaun kecamatan Amarasi barat kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengeluhkan hasil kebun jagung mereka tahun ini.
    Anus Tiran, petani di RT 08 RW 04 dusun 2 desa Toobaun, Sabtu (5/4) kepada timurtoday.id di kediamannya menyampaikan hasil lahan jagung miliknya dan sejumlah petani setempat tahun ini menurun dibanding tahun sebelumnya. “Hasil tahun ini menurun jauh dibandingkan tahun lalu, bahkan ada yang gagal panen seperti saya,”kata Anus.
   Curah hujan yang cukup tinggi tahun ini dikatakan telah mempengaruhi pertumbuhan dan produksi jagung. “Hujan tinggi air banyak sehingga bulir jagung kosong ada yang bijinya sedikit,”kata Anus.
    Selain persoalan air yang berlebihan, kata Anus ada tanaman jagung dilahan sejumlah petani di wilayah itu yang patah pohonnya diterjang angin kencang yang terjadi saat bulir jagung mulai tumbuh. “Angin kencang beberapa kali itu pohon jagung yang bulirnya baru tumbuh patah semua sehingga tidak bisa sampai panen,”katanya.
    Anus Tiran mengatakan ada tiga hektare lahan jagungnya yang tak bisa dipanen karena pohonnya patah sebelum sampai usia panen.
    Ia mengatakan dengan kondisi yang terjadi pihaknya dipastikan tak punya stok jagung untuk dijual. “Persediaan untuk makan saja tidak cukup apalagi untuk dijual, tidak bisa. Yang ada ini hasil dari lahan yang isinya jarang itu, tapi yang tiga hektare itu tidak ada hasil karena patah semua pohonnya,”kata Anus.
    Jika hujan normal dan tak ada masalah lain, maka kata Anus Tiran satu hektare lahan bisa menghasilkan 6.000 sampai 10.000 tu’us (sebutan lokal untuk satuan ikatan berjumlah sepuluh bulir jagung)
“Kalau hasil baik satu hektare bisa dapat paling sedikit 6.000 tu’us ada yang bisa sampai 10.000,”katanya.
    Dengan hasil panen lahan jagung yang tak menjamin pemenuhan kebutuhan konsumsi tersebut kini Anus Tiran mencoba usaha kopra sebagai alternatif usaha untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. (Asb)