28.3 C
Kupang
Selasa, April 22, 2025
Space IklanPasang Iklan

Pemkab TTS Siapkan 3 Wilayah Alternatif Relokasi Permukiman Korban Tanah Longsor 

SoE,TiTo – Pemerintah kabupaten (Pemkab) Timor Tengah Selatan (TTS), NTT, sudah menyiapkan tiga wilayah yang menjadi lokasi alternatif relokasi permukiman bagi lebih dari 170 KK korban longsor yang kini mendiami tempat pengungsian di GOR Nekamese dan rumah-rumah penduduk.

“Kalau ke depan harus direlokasi ada tiga lokasi alternatif yang sudah ada,” ujar Wakil bupati (Wabup) TTS, Jhony Army Konay, Selasa (25/3).

Ia menyebut tiga lokasi alternatif tersebut yakni Civic Center, lokasi di belakang SMA Negeri 2 SoE (lokasi yang ditunda untuk pembangun sekolah Garuda) dan sonapolen yang berbatas dengan kawasan hutan. Untuk lokasi Sonapolen, karena berbatasan dengan kawasan hutan, pihaknya tengah membangun koordinasi secara berjenjang mulai dari Propinsi hingga pusat untuk mendapat titik koordinat batas kawasan hutan.

Dirinya mengatakan, untuk relokasi para korban Pemda harus merencanakan secara baik proses pembangunan rumah yang tidak hanya layak huni, tapi harus sehat dan nyaman. Selain itu fasilitas penunjang juga harus dipersiapkan secara baik.

“ Saya tidak ingin kita relokasi orang lalu bangun darurat saja yang penting cepat direlokasi. Saya ingin masyarakat kita jika direlokasi mendapat rumah yang layak, sehat dan benar-benar nyaman. Oleh sebab itu, kita harus rencanakan secara baik,” tegas Army.

Dia menambahkan selain membenahi secara baik pendataan para korban, secara teknis harus dilakukan kajian apakah struktur tanah di Desa Kuatae dan kampung sabu masih terus bergerak atau sudah stagnan (tidak bergerak).

Selain itu, Pemda dalam status tanggap darurat harus memastikan seluruh kebutuhan para korban baik yang mengungsi di GOR Nekmese maupun mengungsi secara mandiri di rumah keluarga tercukupi secara baik.

Sebelumnya tiga warga pengungsi asal desa Kuatae kecamatan Kota SoE, Yuliana, Norgalina dan Marince yang ditemui wartawan di lokasi pengungsian Senin (24/3) menyampaikan mereka siap direlokasi karena kondisi yang terjadi di desa mereka cukup mengancam keselamatan mereka jika harus kembali mendiami rumah mereka di desa Kuatae.

Baca juga  Dewan Benny 'Bento' Humau Bicara Soal Polemik di Desa Oebola

“Pak, rumah kami rusak semua, lantai dan tembok rumah kami hancur. Rumah kami bahkan sudah miring akibat bencana tanah longsor ini. Kami takut kalau terjadi longsor susulan karena tanah masih terus bergerak. Kami berharap Pemda bisa menyediakan tempat relokasi yang aman untuk kami. Kami sudah tidak mungkin kembali tinggal di Kuatae, kami takut,” ungkap Yuliana, Norgalina dan Marince yang dikutip dari suaratts.com.

Jika direlokasi lanjut ketiganya, tempat relokasi diharapkan masih berada di sekitar Kota Soe. Hal ini dimaksudkan agar mereka masih bisa bertani/berkebun di Desa Kuatae. Pasalnya, mayoritas pekerjaan para korban adalah petani.

“ Kalau bisa kasih pindah kami di sekitar Kota Soe saja. Biar kami masih bisa ke Desa Kuatae untuk bertani/berkebun. Kebun kami ada di sana,” sebut mereka.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten TTS, Yeri Nakamnanu, Selasa (25/3) menyebut Desa Kuatae sudah tak layak menjadi daerah pemukiman maupun area perkebunan. Pasalnya, daerah tersebut merupakan daerah patahan yang sangat rawan terjadi longsor susulan.

“ Kalau kita lihat kondisi di lapangan, Desa Kuatae sudah tak layak lagi menjadi daerah hunian ataupun daerah pertanian karena sangat rawan terjadi longsor susulan.

Disampaikan sejak tanggal 12 Maret lalu hingga saat ini tanah di desa Kuatae masih terus mengalami pergeseran karena itu warga Kuatae harus direlokasi seluruhnya.

Sejak kejadian 12 Maret 2025 hingga Senin (24/3) terdata jumlah korban musibah tersebut yang kini mengungsi sebanyak 176 KK dengan jumlah jiwa mencapai 708 jiwa. 425 jiwa mengungsi ke Gor Nekmese Soe dan 283 jiwa mengungsi ke rumah tetangga. (suaratts.com)

Berita Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Tetap Terhubung

Berita terkini